Sebut saja mbah Ju, seorang lansia yang tinggal di suatu daerah di kabupaten Kendal Jawa Tengah. Beliau menempati sebuah rumah milik salah satu putranya yang saat ini merantau. Beliau ditemani salah satu anaknya yang berkebutuhan khusus. Di usia senja, di balik tubuhnya yang renta, semangat Mbah Ju untuk mencari rezeki tak pernah pupus, ia tak mau hanya berpangku tangan menanti belas kasihan. Hari-harinya yang luang ia manfaatkan untuk mencari botol plastik dan kardus bekas yang setelah terkumpul dijual kepada tengkulak. Botol plastik dan kardus seringnya ia dapat dari warga sekitar yang sukarela memberi. "Saya dapat barang rongsok tidak ambil sembarangan di pekarangan rumah orang, kalau ada warga yang ngasih baru saya ambil", tutur Mbah Ju. Menariknya, uang hasil penjualan rongsok tersebut disisihkan sedikit demi sedikit untuk membeli hewan Kurban dan Aqiqah, sedangkan sebagian yang lain digunakan untuk keperluan sehari- hari. Mbah Ju meluruskan niat dan bertekad ingin melaksanakan Aqiqah dan Kurban. Setelah terkumpul uang senilai kurang lebih Rp. 3.300.000,- Mbah Ju menyerahkan uang tersebut kepada Pak Haji pengasuh salah satu Pondok Pesantren yang ada di daerahnya, untuk dibelikan kambing aqiqah sekaligus mengelola aqiqahnya di pesantren yang beliau asuh agar daging kambingnya dapat dinikmati para santri dan anak yatim. Beberapa waktu berikutnya ternyata Mbah Ju kembali bisa menabung untuk berkurban. Sama seperti waktu yang lalu setelah terkumpul uang sebesar Rp. 3.300.000,- uang tersebut diserahkan kepada Pak Bayan untuk dibelikan hewan kurban. Dikaruniai anak yang memiliki keterbelakangan mental tidak menyurutkan semangat Mbah Ju untuk senantiasa bersyukur serta selalu menebar kebaikan. Kisah Mbah Ju ini tentunya sangat menginspirasi. Seseorang yang tidak berpunya, tak ada pekerjaan dan penghasilan yang pasti, tapi dengan niat yang ikhlas karena cinta kepada Allah dan tekad yang bulat beliau mampu melaksanakan ibadah kurban.
